Posted in Uncategorized on November 30, 2008 by Le Wharid

 

moving-house

Dengan alasan ini dan itu Celoteh  Sasak pindah rumah ke http://www.celotehsasak.com

Harap maklum !!

Pemilu Itu …

Posted in Isin Otek Tiang on November 16, 2008 by Le Wharid

Menjelang Pemilu 2009 semua Partai Politik sudah mulai ambil ancang-ancang, mulai dari memasang spanduk, umbul-umbul, bendera sampai stiker dan pamflet. Dampak positif dari Pemilu  ialah berputarnya uang dalam jumlah yang besar dan relatif lebih cepat. Pendapatan para tukang jahit meningkat drastis. Tukang sablon kaos, baju, spanduk, bendera, jaket, pamflet, stiker dan topi juga kebagian rejeki. Belum termasuk para penjual jasa-jasa lain yang tak terkait erat dengan kampanye. Pembelanjaan masing-masing Partai untuk keperluan iklan pada masa kampanye memberikan sumbangan yang tak kecil bagi pendapatan perusahaan media cetak, televisi, radio dan internet. Artispun banyak mendapat order. Pada gilirannya, penerimaan pajak negarapun bisa dipastikan meningkat, Seharusnya…


Selain pengaruh positif pada sisi ekonomi, Pemilu ternyata juga memberikan warna kecerian tersendiri. khususnya bagi masyarakat kalangan bawah, baik orang tua maupun anak-anak. Masyarakat kalangan bawah yang Notabene disebut kaum “pinggiran” tampak ceria melihat kampanye. Pinggiran maksud tiang di sini adalah Pinggiran dalam artian yang sebenarnya, karena mereka hanyalah penonton arak-arakan dari pinggir ruas jalan.

 
Tiang masih ingat sekali pada Pemilu sebelumnya di Praya, di tengah sengatan terik matahari, anak-anak dengan hanya bersandal jepit dan baju lusuh begitu melihat rombongan yang lewat berteriak-teriak senang. Sambil melambaikan bendera yang mereka punyai. Apalagi kalau partai yang lewat menyuguhkan tontonan atraktif. Tambah senanglah hati mereka.  Baginya tak masalah partai apa yang lewat. Warnanya mau kuning, biru, hijau, putih, merah atau warna-warni yang lainnya. Toh simbol warna-warni yang mereka miliki juga hasil pemberian, bukannya membeli. Asal bisa menyenangkan hati anak-anak kecil itu, ya sudah.

 

Bila rombongan telah lewat, anak-anak itu dengan sabar menunggu sambil duduk bergerombol. Si Bahri yang ingusnya keluar sambil menarik-narik kolornya ke atas. Si Getoh berkaos merah tanpa celana berlari ke sana kemari. Si Sapi’i berkaos putih dekil dengan kepala diikat pita hijau, duduk sambil menghisap es mambo. Para orang tua mereka juga duduk-duduk disepanjang trotoar, dengan hanya mengenakan daster yang sudah pudar warnanya, mereka bercengkrama satu dengan yang lainnya sambil menunggui anak-anak mereka.

 

Lewat tontonan gratis berupa kampanye di jalanan, kaum ibu-ibu merasa senang karena anak-anaknya bersuka-cita tanpa merengak minta mainan ini dan itu. Kecerian yang diperoleh nyaris tanpa ongkos. Paling-paling modal topi, payung dan sedikit minuman pelepas dahaga. Itupun sudah cukup. Benar-benar sebuah keceriaan masal yang berharga murah. Kaum pinggiran yang sering dikatakan sebagai orang-orang yang kurang pendidikan, miskin, buta politik, dan golongan yang mudah “terbeli”, begitu ceria melihat kampanye.

 

>> Sementara itu orang seperti tiang ini hanya bisa memperhatikan mereka tanpa bisa “membelikan” apa-apa. Memberikan sedikit keceriaanpun belum tentu bisa.

Panwaslu Loteng, “Jeruk Makan Jeruk”

Posted in Peristiwa on November 15, 2008 by Le Wharid

Pagi sekitar pukul 06.00 wita hari Sabtu tanggal 15 November 2008, tiang “patroli” di sepanjang jalan Gajah Mada Praya. Di sepanjang jalan tiang melihat banyak sekali atribut-atribut partai politik yang bertebaran, ada yang nangkring di pohon, di tiang telpon, di tiang listrik, bahkan ada yang menancapkannya di trotoar. Jumlahnya banyak sekali bahkan kalau tiang perhatikan umbul-umbul pada saat perayaan 17 Agustusan lalu tidak seramai ini. Tapi itulah wajah kota Praya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Sesampainya tiang di per-tigaan PLN tiang melihat ada sesuatu yan janggal, pasalnya di halaman Kantor secretariat Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Loteng yang bersebelahan dengan kantor PLN tersebut tertancap sebuah bendera partai PDIP, lengkap dengan gambar banteng dan moncong putihnya. Tiang langsung berhenti dan mematikan serta memarkir sepeda motor tiang di seberang jalan.

 

image015-copy5 

Tiang langsung berniat untuk meng-abadikan-nya, tentunya dengan celingak-celinguk kaya maling terlebih dahulu, merasa keadaan sepi dan aman, tiang langsung mengambil HP dan menjepretnya. Dan hasilnya  seperti semeton lihat diatas. Namun siapa sangka pada saat itu dari dalam kantor tersebut keluar seorang kakek-kakek bertelanjang dada sambil berteriak “woooeei kenyekem kembe te?” yang kalo di translet ke bahasa Indonesia kurang lebih artinya “woooeei sedang apa kamu disana?”.

Kaget, tiang langsung ngacir ke arah barat menuju Kantor Bupati Loteng. Sesampainya di rumah tiang tertawa sendiri mengingat kejadian itu, yang tiang tidak habis pikir kenapa tiang kabur? Padahal tiang hanya mengambil foto saja, tapi mungkin itu karena reflek atau karena ada sedikit perasaan bersalah telah mengambil foto secara diam-diam seperti seorang paparatzi.

Okelah.. kita lupakan sebentar kejadian itu, kita kembali kepada poin yang ingin tiang sampaikan. Sepengetahuan tiang tugas dan wewenang Panwaslu adalah mengawasi semua tahapan Pemilu termasuk menerima laporan pelanggaran yang dilakukan oleh partai politik, kalau kata Miq Khalid Karyadi (Ketua I Partai Patriot & Sekretaris ASITA NTB) Panwaslu adalah Polisi-nya parpol.

Tapi pada kenyataannya di Loteng justru Panwaslu-lah yang melakukan pelanggaran, Panwaslu telah menunjukkan “keberpihakannya” ke salah satu Parpol. Andaikan saja Panwaslu Loteng memasang semua bendera Parpol tentunya itu bukan menjadi masalah, lain halnya kalau yang dipasang hanya bendera satu Parpol saja.

Mungkin bendera itu dipasang oleh orang lain dan tidak diketahui oleh Panwaslu … Mustahil, pasalnya di kantor Panwaslu tersebut ada “penunggunya” yang tadi sempat membuat tiang tunggang langgang melarikan diri, jadi  tidak mungkin sampai Panwaslu tidak tahu. Atau jangan-jangan selama ini para anggota Panwaslu Loteng tidak pernah bekerja dan masuk kantor? Wallohualam lah kalau masalah itu.

Seperti ungkapan anak-anak gaul sekarang “jeruk kok makan jeruk”, Panwaslu yang seharusnya mengawasi pelanggaran Pemilu malah melakukan pelanggaran. Tiang berharap Panwaslu Loteng dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bisa professional bukannya malah ikut-ikutan “ber-politik”  demi kepentingan sekelompok orang saja.

>> Kejadian ini adalah kisah nyata dan benar adanya, kalau ada kesamaan nama dan tempat itu karena disengaja, tiang menyampaikan hal ini bukan “gedeg” karena dikejar oleh “penunggu” Kantor Panwaslu itu, melainkan murni karena tiang ingin Lombok Tengah khususnya dan Bangsa Sasak Umumnya menjadi lebih baik.

Albert Einstein Atau Marilyn Monroe ?

Posted in Arak-Arak Doang on November 14, 2008 by Le Wharid
Albert Einstein atau Marilyn Monroe ?

Albert Einstein atau Marilyn Monroe ?

 >> Serius semeton, kalau dilihat dari dekat foto niki akan terlihat seperti Albert Einstein tapi kalau dari jauh foto niki akan terlihat seperti Marilyn Monroe, kalau ternyata semeton sudah lihat dari jarak dekat maupun jauh dan tidak ada perubahan sama sekali, tiang sarankan semeton cepat-cepat ke dokter mata 🙂 

Perubahan !!

Posted in Isin Otek Tiang on November 8, 2008 by Le Wharid

Berubahlah  guna meraih hal-hal luar biasa itu

Berubahlah guna meraih hal-hal luar biasa itu

 

 

Perubahan, itulah semangat yang dikobarkan oleh semeton-semeton Pepadu Sasak beberapa hari ini, entah bagaimana awalnya pastinya semangat perubahan tersebut meresap dan menular di dada para semeton. Namun seingat tiang semangat perubahan tersebut dipicu oleh postingan komentar owner salah satu situs “tetangga” kita di Sasak.Org. Entah itu karena tersinggung atau rasa bersalah, menurut tiang moment itu merupakan moment yang sangat bersejarah bagi Komunitas Sasak karena telah “mencambuki” para semeton untuk melakukan berbagai perubahan terutama perubahan di Sasak.Org.

Hal tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga dan patut kita syukuri dan ambil hikmahnya, karena perubahan itu sendiri adalah sesuatu yang positif selama itu menuju ke arah yang lebih baik. Tiang teringat celoteh papuk Omah saat tiang kuliah dulu, bila kita berkeyakinan  untuk selalu memperbaiki hari ini untuk lebih baik dari kemarin, maka suatu saat tatkala kita menyadarinya, kita telah melangkah jauh dari keadaan kita yang semula.

 

Bila kita tidak berubah dan orang lain juga tidak berubah, maka keadaan juga tidak akan berubah, akan tetapi permasalahan akan timbul apabila orang lain berlomba-lomba untuk berubah sementara kita bermalas-malasan, karena hal yang paling diwaspadai oleh orang yang tidak mau berubah adalah perubahan orang lain. Dengan tidak adanya  keinginan untuk berubah, maka tampa kita sadari bahwa sebenarnya kita telah menjauhkan diri kita dari kejayaan dan hal-hal luar biasa yang dapat kita capai.

>> Tiang juga teringat salah satu nasehat dari ribuan nasehat papuk Omah kepada tiang, kalau kamu ingin mengetahui seseorang itu berkualitas atau tidak, perhatikanlah cara dia dalam memperlakukan dirinya pada hari ini, hari esok dan hari selanjutnya. Nunasan semeton kita berubah ke arah yang lebih baik guna meraih hal-hal yang luar biasa itu.